Minggu, 22 September 2019

Risiko-Risiko Dalam Reksadana

Risiko-risiko dalam reksadana – Dalam setiap instrumen investasi, tentu terdapat risiko-risiko yang harus siap untuk diterima oleh investor. Reksadana, sebagai salah satu jenis investasi yang saat ini sedang naik daun juga tak lupu oleh adanya risiko-risko yang melekat di dalamnya. Risiko-Risiko Dalam Reksadana merupakan informasi penting yang perlu diketahui investor setelah mengetahui profile risiko dari investor yang telah diisi pada awal pembukaan rekening reksadana.

Risiko-Risiko Dalam Reksadana
Risiko-Risiko Dalam Reksadana



Risiko-risiko dalam reksadana – Risiko dari Produk Reksadana

Berikut adalah risiko-risiko yang terdapat dalam setiap produk reksadana:


1. Risiko Menurunya NAB (Nilai Aktiva Bersih)

NAB dari reksadana tentu mempunyai peluang untuk naik dan turun seiring kenaikan atau penurunan harga pasar dari instrumen investasi jenis reksadana yang dipilih. Oleh karena itu, penurunan ini adalah akibat dari penurunan harga pasar dari instrumen investasi yang termasuk dalam portofolio reksadana. Penurunan NAB yang dimaksud yakni nilai harga terakhir pada saat ini dibandingkan harga pembelian awal. Logikanya adalah saya membeli produk reksadana X pada hari selasa dengan NAB Rp 2300. Kemudian, pada saat hari Jumat di Minggu yang sama, NAB produk reksadana X menjadi Rp 2200. Nah, dari situ dapat diketahui bahwa ada penurunan nilai NAB produk reksadana X senilai Rp 100. Dan begitu pula saat terjadi kenaikan maka kita mendapatkan untuk dari selisih kenaikan NAB dibanding nilai NAB saat pembelian.

2. Risiko Likuiditas

Pada kondisi yang stabil, redemption (penarikan) reksadana oleh investor dilakuan jarang pada waktu yang bersamaan. Pada kondisi tersebut, investor yang melakukan redemption (penarikan) dengan jumlah yang tidak besar, maka manajer investasi akan membeli kembali reksadana tersebut dengan alokasi dana tunai. Akan tetapi, jika terjadi redemption secar masif oleh investor, maka manajer investasi harus menjual berbagai aset keuangan yang dimiliki untuk membeli kembali reksadana yang di redemption oleh investor. Akibatnya yaitu adanya kecendurungan turunya nilai aset manajer investasi dan akan disusul oleh turunya nilai NAB produk reksadana yang dikelola oleh manajer investasi. Pada kondisi tersebut, akan terjadi keterlambatan atau bahkan kemungkinan investor perlu waktu lama untuk dapat mencairkan reksa dananya karena manajer investasi perlu waktu untuk mencari pembeli aset-aset yang dimiliki

3. Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko yang paling umum dimiliki pada hampir setiap instrumen investasi. Risiko ini muncul ketika suatu produk investasi mempunyai efek penurunan ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunya kinerja pasar saham atau obligasi secara drastis. Akibatnya, nilai NAB dari reksadana pada unit penyertaan (UP) akan mengalami penurunan seiring turunya instrumen investasi yang menjadi portofolio reksadana. Saran saya, investor reksadana juga harus memahami kondisi pasar pada saat membeli ataupun menjual reksadana. Cara termudah untuk melakukan hal ini yakni dengan melihat nilai NAB unit reksadana dalam kurun waktu 7 hari, 1 bulan, 6 bulan atau bisa jadi 1 tahun sebelumnya.

4. Risiko Default

Risiko ini terjadi apabila manajer investasi membeli obligasi atau saham dari emiten yang mempunyai kinerja yang buruk padahal sebelumnya kinerja emiten tersebut baik-baik saja. Gampangnya yakni manajer investasi mengalokasikan aset pada obligasi yang mempunyai rating D (default) atau manajer investasi membeli saham-saham emiten yang mempunyai risiko tinggi mengalami kebangkrutan. Saran saya, untuk mengatasi risiko ini maka anda harus membaca prospektus reksadana agar kita tahu strategi investasi dari manajer investasi yang mengelola produk reksadana. Setelah ini, saya akan membahas bagaimana cara membaca prospektus reksadana untuk mengatasi Risiko-risiko dalam reksadana.

Risiko-risiko dalam reksadana – Keamanan Investasi Reksadana

Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, setiap investasi tentu mempunyai risiko. Reksadana tentunya juga mempunyai risiko. Akan tetapi, selain mempunyai risiko ternyata juga mempunyai unsur kemanan dalam berinvestasi. Apabila terjadi masalah pada salah satu dari tiga bagian yang merupakan unsur dari reksadana ( manajer investasi, Bank Kustodian, dan Agen perantara penjualan reksadana) mengalami kebangkrutan atau default atau masalah lainya. Produk reksadana yang kita miliki akan tetap aman dan tidak terkena masalah apapun. Apabila terjadi masalah pada manajer investasi pengelola produk reksadana, maka BAPEPAM selaku regulator akan menunjuk manajer investasi lainya untuk mengelola dana kelolaan produk reksadana tersebut. Hal yang sama juga berlaku bila terjadi masalah pada bank kustodian dan agen perantara penjualan reksadana.


Demikianlah Risiko-risiko dalam reksadana yang perlu anda ketahui sebelum membeli produk reksadana. Selain risiko yang melekat, ternyata ada kemanan berinvestasi yang juga melekat pada produk reksadana. Silahkan rekan-rekan pelajari dan pahami dengan cermat agar tujuan anda berinvestasi tercapai. Masih berminat berinvestasi reksadana bukan ? saya tunggu kalian!

0 komentar:

Posting Komentar