Risiko-risiko dalam reksadana – Dalam setiap
instrumen investasi, tentu terdapat risiko-risiko yang harus siap untuk
diterima oleh investor. Reksadana, sebagai salah satu jenis investasi yang saat
ini sedang naik daun juga tak lupu oleh adanya risiko-risko yang melekat di
dalamnya. Risiko-Risiko Dalam Reksadana merupakan informasi penting yang perlu
diketahui investor setelah mengetahui profile risiko dari investor yang telah
diisi pada awal pembukaan rekening reksadana.
![]() |
Risiko-Risiko Dalam Reksadana |
Risiko-risiko dalam reksadana – Risiko dari Produk Reksadana
Berikut adalah risiko-risiko yang terdapat dalam
setiap produk reksadana:
1. Risiko Menurunya NAB (Nilai Aktiva Bersih)
NAB dari reksadana tentu mempunyai peluang untuk
naik dan turun seiring kenaikan atau penurunan harga pasar dari instrumen
investasi jenis reksadana yang dipilih. Oleh karena itu, penurunan ini adalah
akibat dari penurunan harga pasar dari instrumen investasi yang termasuk dalam
portofolio reksadana. Penurunan NAB yang dimaksud yakni nilai harga terakhir
pada saat ini dibandingkan harga pembelian awal. Logikanya adalah saya membeli
produk reksadana X pada hari selasa dengan NAB Rp 2300. Kemudian, pada saat
hari Jumat di Minggu yang sama, NAB produk reksadana X menjadi Rp 2200. Nah,
dari situ dapat diketahui bahwa ada penurunan nilai NAB produk reksadana X
senilai Rp 100. Dan begitu pula saat terjadi kenaikan maka kita mendapatkan
untuk dari selisih kenaikan NAB dibanding nilai NAB saat pembelian.
2. Risiko Likuiditas
Pada kondisi yang stabil, redemption (penarikan)
reksadana oleh investor dilakuan jarang pada waktu yang bersamaan. Pada kondisi
tersebut, investor yang melakukan redemption (penarikan) dengan jumlah yang
tidak besar, maka manajer investasi akan membeli kembali reksadana tersebut
dengan alokasi dana tunai. Akan tetapi, jika terjadi redemption secar masif
oleh investor, maka manajer investasi harus menjual berbagai aset keuangan yang
dimiliki untuk membeli kembali reksadana yang di redemption oleh investor.
Akibatnya yaitu adanya kecendurungan turunya nilai aset manajer investasi dan
akan disusul oleh turunya nilai NAB produk reksadana yang dikelola oleh manajer
investasi. Pada kondisi tersebut, akan terjadi keterlambatan atau bahkan
kemungkinan investor perlu waktu lama untuk dapat mencairkan reksa dananya karena
manajer investasi perlu waktu untuk mencari pembeli aset-aset yang dimiliki
3. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko yang paling umum
dimiliki pada hampir setiap instrumen investasi. Risiko ini muncul ketika suatu
produk investasi mempunyai efek penurunan ketika harga instrumen investasi
mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunya kinerja pasar saham atau
obligasi secara drastis. Akibatnya, nilai NAB dari reksadana pada unit
penyertaan (UP) akan mengalami penurunan seiring turunya instrumen investasi
yang menjadi portofolio reksadana. Saran saya, investor reksadana juga harus
memahami kondisi pasar pada saat membeli ataupun menjual reksadana. Cara
termudah untuk melakukan hal ini yakni dengan melihat nilai NAB unit reksadana
dalam kurun waktu 7 hari, 1 bulan, 6 bulan atau bisa jadi 1 tahun sebelumnya.
4. Risiko Default
Risiko ini terjadi apabila manajer investasi
membeli obligasi atau saham dari emiten yang mempunyai kinerja yang buruk
padahal sebelumnya kinerja emiten tersebut baik-baik saja. Gampangnya yakni
manajer investasi mengalokasikan aset pada obligasi yang mempunyai rating D
(default) atau manajer investasi membeli saham-saham emiten yang mempunyai
risiko tinggi mengalami kebangkrutan. Saran saya, untuk mengatasi risiko ini
maka anda harus membaca prospektus reksadana agar kita tahu strategi investasi
dari manajer investasi yang mengelola produk reksadana. Setelah ini, saya akan
membahas bagaimana cara membaca prospektus reksadana untuk mengatasi
Risiko-risiko dalam reksadana.
Risiko-risiko dalam reksadana – Keamanan Investasi Reksadana
Seperti
yang telah saya jelaskan sebelumnya, setiap investasi tentu mempunyai risiko.
Reksadana tentunya juga mempunyai risiko. Akan tetapi, selain mempunyai risiko
ternyata juga mempunyai unsur kemanan dalam berinvestasi. Apabila terjadi
masalah pada salah satu dari tiga bagian yang merupakan unsur dari reksadana (
manajer investasi, Bank Kustodian, dan Agen perantara penjualan reksadana)
mengalami kebangkrutan atau default atau masalah lainya. Produk reksadana yang
kita miliki akan tetap aman dan tidak terkena masalah apapun. Apabila terjadi
masalah pada manajer investasi pengelola produk reksadana, maka BAPEPAM selaku
regulator akan menunjuk manajer investasi lainya untuk mengelola dana kelolaan
produk reksadana tersebut. Hal yang sama juga berlaku bila terjadi masalah pada
bank kustodian dan agen perantara penjualan reksadana.
Demikianlah Risiko-risiko dalam reksadana yang
perlu anda ketahui sebelum membeli produk reksadana. Selain risiko yang
melekat, ternyata ada kemanan berinvestasi yang juga melekat pada produk
reksadana. Silahkan rekan-rekan pelajari dan pahami dengan cermat agar tujuan
anda berinvestasi tercapai. Masih berminat berinvestasi reksadana bukan ? saya
tunggu kalian!
0 komentar:
Posting Komentar